Tuesday, November 22, 2016

PENCAK SILAT


Pencak silat merupakan bagian dari budaya bangsa Indonesia yang bernilai luhur. Nilai-nilai luhur pencak silat tersebut terkandung dalam jatidirinya yang meliputi tiga hal pokok dalam satu kesatuan,yaitu :
  • Budaya Indonesia sebagai asal dan coraknya
  • Falsafah budi pekerti luhur sebagai jiwa sumber motivasi penggunaannya
  • Pembinaan mental dan spiritual / budi pekerti, beladiri, seni, dan olahraga sebagai aspek-aspek intergral dari subtansinya.

                Pencak silat yang di hayati oleh keseluruhan nilai-nilainya akan mempunyai manfaat yang besar, bukan saja bagi individu yang mempelajarinya, tetapi juga bagi masyarakat. Dengan kata lain pendidikan pencak silat dapat memberikan sumbangan dalam pembangunan seluruh masyarakat Indonesia dan merupakan “Character And Nation Building”.
                Pencak silat pada awalnya adalah suatu metode perkelahian yang efektif. Manusia yang menguasai metode tersebut di satu sisi akan dapat mengalahkan dan menaklukan manusia awam dengan mudah. Di sisi lain, manusia yang sama lain manusia yang sama memiliki metode tersebut akan bersaing satu sama lain, yang berlanjut pada perkelahian yang dapat berakhir fatal pada salah satu atas kedua belah pihak. Apabila metode tersebut di kuasai oleh manusia tidak bermoral dan bertemperatur buruk, maka ia akan membahayakan bagi manusia lain dan masyarakat.
                Dengan demikian, metode perkelahian efektif merupakan faktor yang menimbulkan rasa takut di kalangan yang tidak menguasainya dan merupakan persaingan maupun pertentangan di antara mereeka yang menguasainya. Faktor tersebut merupakan factor penghambat dan bertentangan dengan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat “Tata Tenteram Kerta Raharja”, yakni masyarakat teratur, tertib dan dapat memberikan ketentraman serta suasana yang kondusif bagi warganya sehingga dapat meningkatkan kesejahterahan setiap warganya.
                Oleh karena itu setiap warga negara di tuntut untuk menaati kaidah-kaidah serta menjunjung tinggi nilai-nilai agama, social, adat dan hokum. Sehubungan dengan itu terdapat tuntutan social agar penguasaan metode perkelahian efektif itu di barengi dengan kemampuan mengendalikan diri. Hal itu berarti bahwa pengajaran metode perkelahian harus di barengi dengan pendidikan sikap mental. Semakin tinggi pendidikan fiscal yang di ajarkan harus semakin matang tingkat penguasaan dan pengendalian diri yang di miliki.
Pendidikan sikap mental yang di berikan bersama-sama dengan pelajaran fisikal itu berupa falsafah, yakni pandangan dan kebijaksanaan hidup yang pada dasarnya bertujuan untuk membentuk manusia yang secara konsisten dan konsukuen mampu mentaati dan menjunjung tinggi nilai-nilai kaidah,agama,social,adat dan hokum yang berlaku di masyarakat. Pembinaan budipekerti luhur serta pengamalan bentuk-bentuk manifestasi dan implementasinya dalam kehidupan manusia sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu, makhluk social dan makhluk alam semesta. Manifestasi dan implementasi itu harus mengandung arti abhwa :
1)Manusia sebagai makhluk Tuhan
Wajib mematuhi dan melaksanakan secara konsisten nilai-nilai ketuhanan dan keagamaan,baik secara vertical maupun horizontal .Secara vertical ia wajib menyembah Tuhan sebagai karunianya yang lain dan dilakukan secara continue menurut tata cara agama dalam kehidupan pribadi dan kehidupan masyarakat maupun dalam kehidupan alam semesta. Intinya untuk memenuhi kepentingan dan mencapai tujuannya.harus dilakukan dengan cara-cara yang baik sebagaimana di tunjukan dalam agama yang terangkum dengan kata “takwa dan beriman kepada tuhan”.
2)Manusia sebagai makhluk individu
Atau makhluk pribadi wajib meningkatkan dan mengembangkan kualitas kepribadiannya untuk mencapai kepribadian yang luhur,yaitu kepribadian yang bernilai dan berkualitas tinggi serta ideal menurut pandangan masyarakat maupun agama. Sikap takwa dan beriman kepada tuhan merupakan modal dasar dalam pembentukan kepribadian luhur. Wujud konkrit dari kepribadian luhur itu antara lain :
Sikap terus menerus menimba
Memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan
Membangun diri
Mengejar kemajuan
Mandiri tetapi tidak ekslusif
Krisis
Korektif
Sederhana
Hemat
Berfikir ke masa depan (waskita : prospectif thinking)
Mampu mengatasi tantangan (mumpuni)
Mampu menerima kenyataan tetapi tidak pasrah terhadap nasib
Optimis
Mampu mendahului tantangan (always to be ahead to the challenge)
Bermoral baik (adiluhung)
Tidak mudah frustasi
Tahu diri (low profile)
Selalu ingat dan waspada
Jujur dalam menyampaikan kebenaran dan kesalahan.

3)Manusia sebagai makhluk social
Wajib memiliki pemikiran orientasi, wawasan, pandangan, motivasi, sikap tingkahlaku perbuatan sosial yang luhur, dalam arti bernilai dan berkualitas tinggi serta ideal menurut pandangan masyarakat. Seluruhnya di rangkum sebagai sikap pengabdian social. Sikap takwa dan beriman kepada Tuhan serta kepribadian yang luhur merupakan modal dasar dalam pembentukan sikap pengabdian social ini.
                Wujud konkrit dari sikap ini antara lain : sikap toleransi (mau mengerti pendapat dan kepentingan orang lain), menghargai dan menghormati orang lain , melestarikan dan melaksanakan tradisi dan adat istiadat yang baik, bertenggang rasa, terbuka, tidak suka mencari muka dan pujian, silahturami (meningkatkan hubungan kekeluargaan dan persaudaraan, moderat (memperhatikan system yang berlaku), mengayomi, edukatif, persuasive, dermawan, insani, suka beramal soleh, berlomba-lomba berbuat baik (fastabiqul khairat), berani meminta maaf jika salah, dan suka memberi maaf jika di minta, mau menerima nasihat orang lain,melaksanakan tridarma (ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wurihandayani = di depan memberi contoh yang baik sebagai panutan, di tenga membentuk motivasi dan di belakang menumbuhkan kemampuan), menegakkan keadilan, kebenaran dan kejujuran, bertata susila dan berate karma, dewasa serta intelektual, emosional dan social, suka bermusyawarah dan menyelesaikan masalah untuk mencapai kata mufakat, tidak melakukan hal-hal yang di pantangkan atau tidak di sukai oleh masyarakat, dapat di percaya, (credible
), tidak suka iri atau dengki.
4)Manusia sebagai makhluk alam semesta,berkewajiban untuk melestarikan kondisi dan keseimbangan alam semesta yang memberikan kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan kepada manusia sebagai karunia Tuhan. Hal itu di sebut sebagai sikap mencintai lingkungan hidup yang aman dan nyaman. Modal dasar dalam pembentukan sikap ini adalah sikap takwa dan beriman kepada Tuhan, kepribadian luhur serta sikap social. Wujud konkrit dari sikap ini antara lain : mencintai alam semesta, memelihara kebersihan,kesehatan dan ketertiban, keteraturan dan kenyamanan lingkungan, memiliki etika dan disiplin lingkungan. Manusia yang demikian itu dalam rumusan IPSI di sebut sebagai manusia yang takwa, tanggap, tangguh, tanggon dan trengginas.
                Wujud konkrit dari sikap dan sifat ideal manusia sebagai makhluk tuhan, makhluk pribadi, makhluk social dan makhluk alam semesta yang di kemukakan di atas merupakan hasil inventarisasi dan wejangan-wejangan para pendekar dan Guru di berbagai perguruan pencak silat. Para Pendekar dan Guru selalu menasihati murid dan anggota perguruannya agar selalu mematuhi tradisi, adat istiadat, semboyan dan pepatah, masyarakat yang semuanya itu sebenarnya merupakan manifestasi dan implementasi dari ajaran falsafah masyarakat. Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran falsafah pencak silat,murid dan anggota perguruan di harapkan menjadi manusia ideal (khusnul khuluk wal akhlak = the noblest human mankind) dengan misi menciptakan dan memelihara kebahagiaan masyarakat dan dunia (memayuhayuning bawono), dimana manusia harus di pandang sebagai saudara yang saling asih, asuh dan asah.

Ditinjau dari nila-nilai yang tekandung dalam jati dirinyam pencak silat pada hakekatnya adalah sarana dan materi pendidikan rohani dan jasmani untuk membentuk manusia seutuhnya yang berkualitas, baik mental maupun fisikal
1.2 Tujuan Pencak Silat
Tujuan utama pembinaan pencak silat adalah pembentukan sikap positif agar mampu bermasyarakat dengan baik serta memiliki iman ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
1.3 Manfaat Pencak Silat
Pendidikan pembinaan pada dasarnya adalah pembangunan sumber daya manusia (human investment) dan (human resource development). Pendidikan pencak silat yang berakar pada budaya indonesia serta mencakuo segi mental dan fisikal secara integral diharapkan dapat membentuk manusia yang berkualitas seperti dibawah ini:
  1. Taqwa kepada Allah SWT.
  2. Berkepribadian dan mencintai budaya indonesia.
  3. Memiliki rasa percaya diri.
  4. Mempu menguasai dan mengendalikan diri.
  5. Menjaga martabat diri.
  6. Mempunyai rasa tanggung jawab serta disiplin pribadi dan sosial.
  7. Senantiasa menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan sera rahan uji dalam menghadapi cobaan dan godaan.
  8. Menghormati sesama manusia, terutama yang lebih tua, dan memberi tauladan yang lebih muda.
  9. Bersikap damai dan bersahabat kepada siapapun yang baik.
  10. Mempunyai kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi serta suka menolong manusia lainnya yang sedang mengalami kesulitan dan kesusahan
  11. Selalu rendah hati, ramah dan sopan dalam bicara maupun dalam pergaulan sosial
  12. Berjiwa besar, mawas diri dan mengoreksi diri, berani minta maa atas kesalahan yang di perbat dan senang memberi maaf kepada orang lain yang memintannya dan mengaku bersalah.
  13. Mengutamakan kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadi.
  14. Memfungsi-sosialkan segala kemampuan yang dimiliki.
  15. Optimis, tidak mudah frustasi atau putus asa.
  16. Suka dan rela berkorban demi kepentingan bersama.
  17. Anti kejahatan dan kenakalan yang mengganggu ketertiban dan ketentraman masarakat serta menghambat upaya masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Apabila “Catur Prasetya Nusantara” dapat dihayati dan diamalkan, maka kualifikasi lain yang di harapkan yaitu:
  1. Membela, mengamalkan Pancasila dan UUD 1945.
  2. Cinta bangsa dan tanah air Indonesia.
  3. Menjunjung tinggi persaudaraan dan persatuan bangsa.
Manusia yang berkualitas seperti itu selaras dengan amanat GBHN taitu:
“Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang ber-iman serta ber-taqwa kepada Tuhan Yang Maha Es, berkualitas, mandiri, sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.