Pencak silat merupakan bagian dari budaya
bangsa Indonesia yang bernilai luhur. Nilai-nilai luhur pencak silat tersebut
terkandung dalam jatidirinya yang meliputi tiga hal pokok dalam satu
kesatuan,yaitu :
- Budaya Indonesia sebagai asal dan coraknya
- Falsafah budi pekerti luhur sebagai jiwa sumber motivasi penggunaannya
- Pembinaan mental dan spiritual / budi pekerti, beladiri, seni, dan olahraga sebagai aspek-aspek intergral dari subtansinya.
Pencak
silat yang di hayati oleh keseluruhan nilai-nilainya akan mempunyai manfaat
yang besar, bukan saja bagi individu yang mempelajarinya, tetapi juga bagi
masyarakat. Dengan kata lain pendidikan pencak silat dapat memberikan sumbangan
dalam pembangunan seluruh masyarakat Indonesia dan merupakan “Character And Nation Building”.
Pencak
silat pada awalnya adalah suatu metode perkelahian yang efektif. Manusia yang
menguasai metode tersebut di satu sisi akan dapat mengalahkan dan menaklukan
manusia awam dengan mudah. Di sisi lain, manusia yang sama lain manusia yang sama
memiliki metode tersebut akan bersaing satu sama lain, yang berlanjut pada
perkelahian yang dapat berakhir fatal pada salah satu atas kedua belah pihak.
Apabila metode tersebut di kuasai oleh manusia tidak bermoral dan bertemperatur
buruk, maka ia akan membahayakan bagi manusia lain dan masyarakat.
Dengan
demikian, metode perkelahian efektif merupakan faktor yang menimbulkan rasa
takut di kalangan yang tidak menguasainya dan merupakan persaingan maupun
pertentangan di antara mereeka yang menguasainya. Faktor tersebut merupakan
factor penghambat dan bertentangan dengan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat
“Tata Tenteram Kerta Raharja”, yakni masyarakat teratur, tertib dan dapat
memberikan ketentraman serta suasana yang kondusif bagi warganya sehingga dapat
meningkatkan kesejahterahan setiap warganya.
Oleh
karena itu setiap warga negara di tuntut untuk menaati kaidah-kaidah serta
menjunjung tinggi nilai-nilai agama, social, adat dan hokum. Sehubungan dengan
itu terdapat tuntutan social agar penguasaan metode perkelahian efektif itu di
barengi dengan kemampuan mengendalikan diri. Hal itu berarti bahwa pengajaran
metode perkelahian harus di barengi dengan pendidikan sikap mental. Semakin
tinggi pendidikan fiscal yang di ajarkan harus semakin matang tingkat
penguasaan dan pengendalian diri yang di miliki.
Pendidikan sikap mental yang di berikan
bersama-sama dengan pelajaran fisikal itu berupa falsafah, yakni pandangan dan
kebijaksanaan hidup yang pada dasarnya bertujuan untuk membentuk manusia yang
secara konsisten dan konsukuen mampu mentaati dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kaidah,agama,social,adat dan hokum yang berlaku di masyarakat. Pembinaan
budipekerti luhur serta pengamalan bentuk-bentuk manifestasi dan
implementasinya dalam kehidupan manusia sebagai makhluk Tuhan, makhluk
individu, makhluk social dan makhluk alam semesta. Manifestasi dan implementasi
itu harus mengandung arti abhwa :
1)Manusia sebagai makhluk Tuhan
Wajib mematuhi dan melaksanakan secara
konsisten nilai-nilai ketuhanan dan keagamaan,baik secara vertical maupun
horizontal .Secara vertical ia wajib menyembah Tuhan sebagai karunianya yang
lain dan dilakukan secara continue menurut tata cara agama dalam kehidupan
pribadi dan kehidupan masyarakat maupun dalam kehidupan alam semesta. Intinya
untuk memenuhi kepentingan dan mencapai tujuannya.harus dilakukan dengan
cara-cara yang baik sebagaimana di tunjukan dalam agama yang terangkum dengan
kata “takwa dan beriman kepada tuhan”.
2)Manusia sebagai makhluk individu
Atau makhluk pribadi wajib meningkatkan dan
mengembangkan kualitas kepribadiannya untuk mencapai kepribadian yang
luhur,yaitu kepribadian yang bernilai dan berkualitas tinggi serta ideal
menurut pandangan masyarakat maupun agama. Sikap takwa dan beriman kepada tuhan
merupakan modal dasar dalam pembentukan kepribadian luhur. Wujud konkrit dari kepribadian
luhur itu antara lain :
Sikap terus menerus menimba
Memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan
Membangun diri
Mengejar kemajuan
Mandiri tetapi tidak ekslusif
Krisis
Korektif
Sederhana
Hemat
Berfikir ke masa depan (waskita :
prospectif thinking)
Mampu mengatasi tantangan (mumpuni)
Mampu menerima kenyataan tetapi tidak
pasrah terhadap nasib
Optimis
Mampu mendahului tantangan (always to be
ahead to the challenge)
Bermoral baik (adiluhung)
Tidak mudah frustasi
Tahu diri (low profile)
Selalu ingat dan waspada
Jujur dalam menyampaikan kebenaran dan
kesalahan.
3)Manusia sebagai makhluk social
Wajib memiliki pemikiran orientasi,
wawasan, pandangan, motivasi, sikap tingkahlaku perbuatan sosial yang luhur,
dalam arti bernilai dan berkualitas tinggi serta ideal menurut pandangan
masyarakat. Seluruhnya di rangkum sebagai sikap pengabdian social. Sikap takwa
dan beriman kepada Tuhan serta kepribadian yang luhur merupakan modal dasar
dalam pembentukan sikap pengabdian social ini.
Wujud
konkrit dari sikap ini antara lain : sikap toleransi (mau mengerti pendapat dan
kepentingan orang lain), menghargai dan menghormati orang lain , melestarikan
dan melaksanakan tradisi dan adat istiadat yang baik, bertenggang rasa,
terbuka, tidak suka mencari muka dan pujian, silahturami (meningkatkan hubungan
kekeluargaan dan persaudaraan, moderat (memperhatikan system yang berlaku),
mengayomi, edukatif, persuasive, dermawan, insani, suka beramal soleh,
berlomba-lomba berbuat baik (fastabiqul khairat), berani meminta maaf jika
salah, dan suka memberi maaf jika di minta, mau menerima nasihat orang
lain,melaksanakan tridarma (ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut
wurihandayani = di depan memberi contoh yang baik sebagai panutan, di tenga
membentuk motivasi dan di belakang menumbuhkan kemampuan), menegakkan keadilan,
kebenaran dan kejujuran, bertata susila dan berate karma, dewasa serta
intelektual, emosional dan social, suka bermusyawarah dan menyelesaikan masalah
untuk mencapai kata mufakat, tidak melakukan hal-hal yang di pantangkan atau
tidak di sukai oleh masyarakat, dapat di percaya, (credible
), tidak suka iri atau dengki.
), tidak suka iri atau dengki.
4)Manusia sebagai makhluk alam
semesta,berkewajiban untuk melestarikan kondisi dan keseimbangan alam semesta
yang memberikan kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan kepada manusia sebagai
karunia Tuhan. Hal itu di sebut sebagai sikap mencintai lingkungan hidup yang
aman dan nyaman. Modal dasar dalam pembentukan sikap ini adalah sikap takwa dan
beriman kepada Tuhan, kepribadian luhur serta sikap social. Wujud konkrit dari
sikap ini antara lain : mencintai alam semesta, memelihara kebersihan,kesehatan
dan ketertiban, keteraturan dan kenyamanan lingkungan, memiliki etika dan
disiplin lingkungan. Manusia yang demikian itu dalam rumusan IPSI di sebut
sebagai manusia yang takwa, tanggap, tangguh, tanggon dan trengginas.
Wujud
konkrit dari sikap dan sifat ideal manusia sebagai makhluk tuhan, makhluk
pribadi, makhluk social dan makhluk alam semesta yang di kemukakan di atas
merupakan hasil inventarisasi dan wejangan-wejangan para pendekar dan Guru di
berbagai perguruan pencak silat. Para Pendekar dan Guru selalu menasihati murid
dan anggota perguruannya agar selalu mematuhi tradisi, adat istiadat, semboyan
dan pepatah, masyarakat yang semuanya itu sebenarnya merupakan manifestasi dan
implementasi dari ajaran falsafah masyarakat. Dengan menghayati dan mengamalkan
ajaran falsafah pencak silat,murid dan anggota perguruan di harapkan menjadi
manusia ideal (khusnul khuluk wal akhlak = the noblest human mankind) dengan
misi menciptakan dan memelihara kebahagiaan masyarakat dan dunia
(memayuhayuning bawono), dimana manusia harus di pandang sebagai saudara yang
saling asih, asuh dan asah.
Ditinjau dari nila-nilai yang tekandung dalam jati dirinyam pencak silat
pada hakekatnya adalah sarana dan materi pendidikan rohani dan jasmani untuk
membentuk manusia seutuhnya yang berkualitas, baik mental maupun fisikal
1.2 Tujuan Pencak Silat
Tujuan utama pembinaan pencak silat adalah pembentukan sikap positif agar
mampu bermasyarakat dengan baik serta memiliki iman ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa
1.3 Manfaat Pencak Silat
Pendidikan pembinaan pada dasarnya adalah pembangunan sumber daya manusia (human
investment) dan (human resource development). Pendidikan pencak
silat yang berakar pada budaya indonesia serta mencakuo segi mental dan fisikal
secara integral diharapkan dapat membentuk manusia yang berkualitas seperti
dibawah ini:
- Taqwa
kepada Allah SWT.
- Berkepribadian
dan mencintai budaya indonesia.
- Memiliki
rasa percaya diri.
- Mempu
menguasai dan mengendalikan diri.
- Menjaga
martabat diri.
- Mempunyai
rasa tanggung jawab serta disiplin pribadi dan sosial.
- Senantiasa
menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan sera rahan uji dalam
menghadapi cobaan dan godaan.
- Menghormati
sesama manusia, terutama yang lebih tua, dan memberi tauladan yang lebih
muda.
- Bersikap
damai dan bersahabat kepada siapapun yang baik.
- Mempunyai
kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi serta suka menolong manusia
lainnya yang sedang mengalami kesulitan dan kesusahan
- Selalu
rendah hati, ramah dan sopan dalam bicara maupun dalam pergaulan sosial
- Berjiwa
besar, mawas diri dan mengoreksi diri, berani minta maa atas kesalahan
yang di perbat dan senang memberi maaf kepada orang lain yang memintannya
dan mengaku bersalah.
- Mengutamakan
kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadi.
- Memfungsi-sosialkan
segala kemampuan yang dimiliki.
- Optimis,
tidak mudah frustasi atau putus asa.
- Suka dan
rela berkorban demi kepentingan bersama.
- Anti
kejahatan dan kenakalan yang mengganggu ketertiban dan ketentraman
masarakat serta menghambat upaya masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraannya.
Apabila “Catur Prasetya Nusantara” dapat dihayati dan diamalkan, maka kualifikasi
lain yang di harapkan yaitu:
- Membela,
mengamalkan Pancasila dan UUD 1945.
- Cinta
bangsa dan tanah air Indonesia.
- Menjunjung
tinggi persaudaraan dan persatuan bangsa.
Manusia yang berkualitas seperti itu selaras dengan amanat GBHN taitu:
“Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa indonesia dan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan
serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia
yang ber-iman serta ber-taqwa kepada Tuhan Yang Maha Es, berkualitas, mandiri,
sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat
memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa”.